Breaking

Kartini di Langit Riau

Breaking News / Sekitar Kita / Slider / Top News / April 22, 2022

Kemarau adalah palagan sekaligus panggung bagi para penerbang helikopter pemadam kebakaran. Setiap nyala api menjadi kesempatan menunjukkan seberapa kuat tekad yang mereka miliki, seberapa terampil diri mereka selama ini, juga seandal apa peralatan serta sistem kerja yang mereka gunakan di sana. Seperti Asia Pulp and Paper Sinar Mas yang memberlakukan prosedur pengelolaan hutan tanaman industri ketat, tak memberi ruang bagi kebakaran terjadi di konsesinya. Namun dalam cuaca yang kering, api dapat muncul begitu saja karena banyak sebab. Mulai dari faktor alam semisal sambaran petir, atau gesekan pepohonan, kelalaian akibat bara puntung rokok, maupun kesengajaan seperti budaya pembersihan lahan dengan membakar.

Memantau api dan asap, menemukan, mendatangi, kemudian memadamkannya, bukan menghindarinya.

Tanpa penanganan segera dan tepat, kejadian yang berlangsung di luar konsesi berpotensi meluas, termasuk menghanguskan tanaman milik perusahaan. Karenanya, para helikopter pemadam secara rutin melakukan patroli udara memantau segenap konsesi, khususnya pada lokasi rawan kebakaran.  Temuan titik api mengharuskan pilot menginformasikannya ke Situation Room yang berada di Fire Base, sebelum berkoordinasi dengan pimpinan Tim Reaksi Cepat guna menaksir situasi (size up) di lokasi. Pimpinan TRC akan memutuskan apakah pemadamam dilakukan dengan memobilisasi tim darat terdekat, atau menugaskan helikopter beraksi.

Tak ada lagi embel-embel pilot perempuan. Pilot ya pilot saja

Ada kalanya pemadaman dilakukan lewat pengeboman ribuan liter air (water bombing), namun kadang harus dipadukan dengan pendaratan pemadam di sekitar titik api. Ketenangan dan kekompakan menjadi kunci kerja para pilot dan anggota TRC yang diturunkan. “Jujur saat pertama bertugas saya grogi dan takut. Ada api, asap tebal, belum lagi mata pedas. Tapi dengan mengikuti prosedur standar, akhirnya bisa. Saya juga sering ngobrol (belajar) dengan kapten,” kata Jeanette Febrina (34). Setelah menjalani enam tahun kesibukan selaku seorang pramugari pada maskapai penerbangan utama nasional, dirinya coba menapaki karir lain yang berbeda sekaligus menantang: sebagai pilot. Menyandang brevet penerbang sejak 2015, tahun 2017 dirinya mulai menerbangkan helikopter, sebelum bergabung di PT Arara Abadi, sebuah perusahaan pemasok APP Sinar Mas, mengudarakan heli Bell 412.

Jeanette. Tuntas menjadi pramugari, kini berlanjut sebagai penerbang,

“Saya yakin saja, karena yang tidak mungkin bisa saja terjadi asal mau berusaha. Seperti dulu pun tak ada yang menyangka saya bisa jadi pramugari karena kulit saya gelap, tapi saya bisa,” kata lulusan Manajemen Transportasi Universitas Trisakti berdarah Papua dan Jawa ini. Alasan serupa membawa Indria Pujiastuti (34) padahal dirinya sempat menjadi anggota Polisi Wanita, berdinas di Kepolisian Udara Baharkam Polri selaku pramugari VIP. Lulus dari pendidikan penerbangan pada tahun 2015, Indri menjalani konversi ke helikopter di kesatuannya, sebelum bergabung ke APP Sinar Mas pad 2020. “Saya ingat, saat jadi awak kabin sering berpura-pura menjadi pilot, meng-announce (mengumumkan) sendiri ke penumpang bahwa saya pilotnya, ternyata kini kesampaian,” ujarnya.

Indria, setelah terbang untuk kepolisian, kini mengudara untuk APP Sinar Mas.

Rekannya yang lebih muda Velyn Angelica (22) asal Pontianak, Kalimantan Barat, punya pertimbangan berbeda, yakni menjadi pilot agar dapat segera mandiri, tak lagi bergantung pada orang tuanya. Selepas SMA, dirinya menuju Jakarta untuk bergabung ke Sekolah Penerbangan Ganesa Dirgantara. Dukungan orangtua yang dirasanya sangat luar biasa untuk membiayai pendidikannya, kini tuntas terbayarkan begitu selang setahun ia berkesempatan menerbangkan helikopter milik APP Sinar Mas. Tentu setelah menyelesaikan pendidikan lanjutan sekitar enam bulan. “Saya pikir waktu itu, enak ya jadi pilot. Keren. Tapi setelah dijalani tidak mudah juga,” kata dia.

Velyn. Ingin segera mandiri dengan menjadi pilot helikopter.

Hal ini mengingat seperti halnya Jeanette dan Indria, mereka bertiga berlatar pilot pesawat sayap tetap (fixed wing). “Saya sempat di fixed wing ikut private lesson, tapi waktu dikonversi ke helikopter benar-benar sulit. Setiap pulang training nangis. Harus diapakan heli ini,” kata Indri. Bahkan Jeanette sempat sebal karena helikopter memiliki karakter yang sangat berbeda dengan pesawat terbang. Berpangkalan di Riau, trio pilot ini mesti siaga melakukan pemantauan serta pemadaman hingga ke Jambi, Sumatera Selatan dan sebagian Kalimantan, di mana konsesi perusahaan berada.

Lebih banyak suka dibanding duka.

Menurut Velyn menerbangkan heli di lapangan membuat mereka kerap bertemu lokasi pendaratan yang menantang. Bukan landasan yang kokoh, namun tanah, yang dipenuhi tegakan pepohonan, bahkan di kawasan rawa. Jika Jeanette merasakan kegugupan di awal tugasnya, Indri pun mengaku disergap rasa takut. ”Naluri manusia menjauhi api, tapi ini justru didatangi,” ujarnya.  Namun motivasi untuk menjaga jangan sampai keluarganya khawatir, mendorongnya untuk menyelesaikan tugasnya sebaik mungkin.

Sebagai seorang ibu, tak mudah bagi Indri untuk bekerja meninggalkan keluarga, termasuk putra tunggalnya yang kini berusia 4 tahun. “Paling sulit itu, saat mau pergi anak rewel. Tentunya, saya sebagai perempuan jadi kepikiran. Tapi alhamdulillah sudah ada triknya. Biasanya saya ajak bicara dulu sebelum berangkat,” kata Indri. Waktu kerja yang memberikan mereka kesempatan jeda sepanjang 20 hari setelah bertugas dua pekan di lapangan, jadi kesempatan bernilai guna melepas rindu dengan keluarga. Ia berpandangan, tidak ada yang berat asalkan semua dijalani dengan bergembira.

Pendaratan kerap berlangsung di hamparan yang tak rata, berawa, dipenuhi tegakan pepohonan serta tanaman.

Sementara di garis depan, jika mampu membaur dengan anggota pemadam, atau TRC lainnya, dijamin kebosanan akan lesap. Seperti Velyn yang mengisi waktu dengan sejumlah aktivitas seperti memasak, atau berkaraoke di sela tugas. “Selama menunggu jadwal baru, biasanya saya jalan-jalan. Secara pendapatan, bisa dikatakan pilot itu sangat menjanjikan,” kata Velyn. Menurutnya, lebih banyak suka dibandingkan duka dalam karirnya sebagai pilot helikopter. Jika ada yang meragukan kemampuannya, cukup dijawab dengan menjalankan tugas sebaik mungkin, seprofesional mungkin. Sebagaimana Jeanette berpandangan. “Saya berharap, tak ada lagi embel-embel pilot perempuan. Pilot ya pilot saja,” kata wanita yang punya niatan dapat merambah bisnis aviasi ini. Selamat Hari Kartini.

 

Penulis: Yudha Profitian, Jaka Anindita

Kontributor: Yulrandro Dave

Foto: Global Communications APP Sinar Mas

 






Jaka Anindita
Pemimpin Redaksi




Previous Post

Galeri Sinar Mas: Pantang Menyerah

Next Post

Kembali dengan Bazar Minyak Goreng





0 Comment


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


More Story

Galeri Sinar Mas: Pantang Menyerah

Dari ruang kerjanya di Sinar Mas Land Plaza Jakarta, Director International Corporate Affairs President Office Sinar Mas,...

April 6, 2022