Breaking

Jelang Sore di Roxy Mas: Crowd Control adalah Seni

Breaking News / Sekitar Kita / Slider / Top News / July 9, 2020

Lewat tengah hari, lorong di mal semakin padat dengan lalu lalang orang. “Protokol menjaga jarak, mengharuskan minimalisasi papasan antar orang. Kami menyikapinya dengan memberlakukan rute memutar, yang membedakan jalur masuk dan keluar, supaya tak terjadi sentuhan, berpedomankan berbagai rambu penunjuk arah,” cerita ITC Roxy Mas Department Head, Agnes Fariati, Rabu (17/6) nya. Protokol berlaku, kententuan diterapkan, namun mengelola massa dalam jumlah besar adalah seni tersendiri. Dari mulai pengunjung yang sukar diminta melakukan antrean, mencuci tangan di pintu masuk, masker yang tak dikenakan, lupa menjaga jarak lantas berkerumun, dan ragam kejadian lain di lokasi. Jika situasi ini berlangsung, saatnya tim Emergency Response Team yang berpatroli di segenap penjuru mal beraksi.

Mereka adalah petugas kemanan yang mendapatkan tambahan kewenangan saat transisi kenormalan baru guna mengingatkan pengunjung untuk menjaga jarak, memberi tahu tenant yang lupa memakai face shield, atau lupa menyediakan hand sanitizer di gerai mereka, berikut mengurai penumpukan massa di berbagai sudut mal. Kegiatan macam ini, sebelum pandemi melanda tak ada dalam standard operating procedure mereka, kini menjadi kelaziman baru. Sementara sejumlah tenant dari brand ternama punya cara yang apik dalam mengatur jumlah pengunjung ke gerai mereka, memeriksa ulang suhu tubuh (meski di pintu masuk telah dilakukan) lantas meminta pengunjung membersihkan tangan dengan hand sanitizer. Beberapa yang lain turut melakukan penyesuaian, sebagian lagi, masih ada yang mesti lebih dulu “bersua” dengan tim ERT ini.

 

Jika terlalu asyik hingga lupa menjaga jarak, kadang para pengunjung akan ‘berkenalan’ dengan anggota ERT yang mengingatkan mereka.

 

Lantas untuk menjaga agar jumlah pengunjung tak membeludak menembus 50 persen kapasitas gedung, dilakukan memadukan pendekatan teknologi dengan pengalaman serta intervensi langsung. Menurut Agnes, mereka secara berkala mengamati pergerakan jumlah volume kendaran yang terparkir di dalam mal, berikut mengawasi jumlah pengunjung yang mengisi sejumlah koridor maupun hall utama. Jika terjadi peningkatan, “Semua pintu masuk kami tutup hingga jumlah volume dan penumpukan pengunjung menurun.” Sepanjang tiga hari masa transisi berlangsung, ITC Roxy Mas sudah beberapa kali harus melakukan penutupan. Cara semacam ini, berdasarkan studi banding yang mereka lakukan ke mal lain, jauh lebih efektif dan cepat ketimbang mengharuskan pengunjung untuk melakukan scanning QR code via aplikasi. Ketrampilan mengelola lebih dari 15.000 pengunjung dalam sehari agar tak sampai menumpuk, atau saling berdekatan memang bukan milik sembarang orang.

 

Tak hanya kecepatan, tapi membersihkan meja di food court pada masa transisi sangat membutuhkan kecermatan, dengan kelengkapan pelindung yang memadai.

 

Hasrat tak Tertahankan

Keinginan untuk pergi ke luar setelah sekian lama menjalani pembatasan aktivitas sosial terlihat umum menggejala. Sebagian warga yang karena keterbatasan akses logistik, informasi hingga hiburan, akan sangat mendamba sesekali dapat meninggalkan tempat tinggalnya. Namun jangan dikira warga kelas atas yang punya keleluasaan berlebih juga tak ingin beredar ke luar. Simak saja situasi di Jalan Senopati, Jakarta Selatan sebagai satu contohnya. Kendaraan megah terlihat memenuhi sepanjang sisi jalan serta lokasi parkir milik rumah makan fine dining yang berjajar di sana, dan kembali buka secara terbatas.

Bagi warga kebanyakan, datang ke mal atau pusat perbelanjaan – bahkan tanpa mesti membeli sesuatu – dapat menjadi selingan, obat melepas kepenatan. Sebagaimana terlihat sejak dari antrean masuk dan lalu-lalang pengunjung ITC Roxy Mas. Menurut ITC Roxy Mas Coordinator Customer Relations, Shinta Budhi Hapsari menyebutkan, “Lewat istirahat makan siang, atau sekitar jam 13, jumlah pengunjung umumnya meningkat secara signifikan.” PSBB transisi mensyaratkan mal baru dibuka pada jam 11 siang.

 

 

Menjelajahi lantai demi lantai, menyapa sejumlah tenant, kadang mengingatkan mereka akan protokol keselamatan, berikut mengawasi kerapian dan kebersihan sejumlah sisi mal, handy talkie yang digenggamnya terdengar ramai. Beberapa kali, dirinya meminta bantuan jajaran ERT untuk mengurai para pengungjung yang mulai berhimpitan.  Bukan hanya para pemilik gerai selular yang tengah memutar kembali roda bisnisnya dengan berbelanja handset, asesoris maupun suku cadang di sana, tapi nyaris pada setiap sudut mal terlihat warga yang tengah menengok jajaran handset terbaru, banyak juga yang mengajak anggota keluarganya. Menurutnya, beberapa gerai suku cadang sempat diserbu pelanggan hingga mesti ditutup sementara.

 

Kenormalan baru berarti pemeriksaan suhu berulang, repetisi membersihkan tangan, dan bersabar mengantre.

 

Jelang sore, tampak anak-anak usia sekolah dasar yang datang berkelompok, tanpa ada orang tua mendampingi mereka. Dengan segala keceriaannya, mereka terlihat berjalan dari kawasan pemukiman sekitar mal, dengan pemahaman cukup baik: untuk dapat masuk, mereka mesti mengenakan masker, sebagaimana mereka lakukan. Di dalam, mereka menghibur diri dengan berjalan, berpindah lantai, sembari bergurau, kadang berlarian. Anak-anak ini tengah menghibur diri, bermain, tanpa harus berbelanja apapun.

 

 

Sore, selepas jam 17, antrean masih terlihat di beberapa pintu utama, padahal ITC Roxy Mas – yang sudah hadir di sana semenjak Juni 1995 –  di masa transisi ini, persis pada jam 18 akan menutup pintunya. Hasrat masyarakat yang begitu kuat, mesti dikelola dengan ketegasan, kecermatan, berbareng sejumlah ide baru. Sebagaimana harapan akan geliat ekonomi dan sosial warga yang tak berdiri sendiri, melainkan seiring dengan keselamatan bersama.

 

Bagian kedua dari dua tulisan

Penulis: Jaka Anindita

Kontributor: Caecario Vito, Victoria Ariwita, Yulrandro Dave

Editor naskah: Sidhi Pintaka

Foto: Noveradika Priananta

Grafis: Dede Ilham Fitriana


Tags: , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,



Jaka Anindita




Previous Post

Siang Hari di Roxy Mas: Memfasilitasi Hasrat Warga untuk Ngemal

Next Post

Kampus Sekolah Vokasi Undip: Virtual Peresmiannya, Nyata Dukungannya





You might also like



0 Comment


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


More Story

Siang Hari di Roxy Mas: Memfasilitasi Hasrat Warga untuk Ngemal

Siang hari ramai pengunjung sudah menjadi keseharian di ITC Roxy Mas, Jakarta Barat. Namun jika itu terjadi pada hari ketiga...

July 3, 2020