Sinarmas World Academy (SWA) Selenggarakan Ajang TEDxYouth

Sekolah Sinarmas World Academy (SWA) kembali menyelenggarakan konferensi inspiratif bagi anak muda melalui ajang TEDxYouth. Acara yang dilaksanakan di Sekolah SWA, BSD, ini merupakan yang ketiga kalinya.

TEDxYouth tahun ini mengambil tema “Be the Change”. Guru pembimbing SWA sekaligus inisiator acara, Hayden, mengatakan TEDx adalah tentang suara komunitas. Dari platform internasional, mereka coba menghadirkan ide-ide dan isu-isu penting dari komunitas lokal.

“Kami berharap bisa saling berbagi ide dan berpartisipasi membangun ide-ide tersebut dalam komunitas,” ujar Hayden dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (22/2).

Dia menyebut, pada abad ke-21 ini berbagai masalah baru bermunculan setiap hari. Setiap orang memiliki kekuatan untuk melakukan perubahan. Kecil atau besar masalah tersebut, tidak ada perubahan yang tidak berarti.

Hayden berharap, acara ini dapat menginspirasi kaum muda agar menjadi agen perubahan dengan cara mereka sendiri. Selain menjadi sumber inspirasi, acara ini juga diharapkan mampu menambah wawasan para peserta terhadap isu dunia saat ini.

Siswa SWA memiliki kurikulum seimbang antara pengembangan akademis dan juga keterampilan halus. “Kami tidak hanya membekali siswa dengan kemampuan akademis tetapi juga kompetensi yang dibutuhkan agar mereka siap menghadapi masa depan seperti kreativitas, berpikir kritis, kemampuan komunikasi, dan kolaborasi,” jelas Hayden.

Kegiatan ini dilaksanakan seluruhnya oleh organisasi siswa yang tergabung dalam TEDx Youth. Terdapat lebih dari 10 pembicara inspiratif yang diundang dari berbagai bidang, antara lain Andreas Diantoro (Managing Director SAP Indonesia), Aakar Abyasa (CEO Jouska ID), Priscilla Pangemanan (Sociopreneur & Founder SASC), Maria Rahajeng (E! News Asia Host & Digital Content Creator), Ricky Setiawan (CEO GGWP.id), Cindy Harjatanaya (Co Founder Art+i & Art Teraphy Jakarta), Faye Simanjuntak (Founder Rumah Faye), Evani Jesslyn (Founder and CEO First Crack Coffee & Strada Coffee), Jovial da Lopez (Content Creator, Actor & Producer), dan Jessica Halim (Co-Founder) Demibumi. SWA ingin menunjukkan bahwa di manapun dan dalam bidang apapun, setiap orang bisa berkontribusi dalam melakukan perubahan.

Dalam presentasinya, Managing Director SAP Indonesia, Andreas Diantoro, memberi pesan penting mengenai seberapa besar dampak pengalaman yang dirasakan saat ini. Menurut dia, sekarang adalah masa-masa luar biasa di mana pengalaman dapat memberi penghargaan kepada perusahaan atau membangun industri baru.

Bahaya Sampah Plastik

Sebagai salah seorang pembicara, Co-Founder Demi Bumi Jessica Halim mengedukasi tentang mengurangi sampah plastik, terutama dari rumah tangga.

Jessica Halim, Co-Founder Demi Bumi saat berbicara di TEDx Youth SWA, di Tangerang, Sabtu (23/2/2020) (Foto: Alfi Kholisdinuka/detikcom)

“Kenapa dari rumah tangga? karena 48% sampah kita berasal dari rumah tangga. Sebanyak 60% itu sampah organik, dan itu berbahaya kalau kita tidak mengolahnya,” ujar Jessica.

Menurut Jessica banyak sampah dari rumah tangga yang tidak diolah ini membuat tempat pembuangan sampah akhir menggunung. Selain mencemarkan lingkungan juga berbahaya hingga berisiko mengakibatkan ledakan.

“Di Bantar Gebang itu sekarang ada sembilan gunung sampah tingginya 45 meter. Yang seharusnya 10 meter. Jadi Anda bayangin kalau Anda naik ke gunung itu kaki masuk ke dalam dan itu nggak pemilahan bisa bahaya,” ungkapnya.

“Sebab 21 Februari kemarin hari peringatan Hari Sampah Nasional, kenapa? Karena di Indonesia pernah kejadian pada 2005, 15 tahun yang lalu, sampahnya meledak, akibat kandungan gas metana, jadi sebetulnya sampah organik itu ternyata nggak boleh ditutup, karena itu mengeluarkan gas metana,” jelasnya.

Selain bisa mengakibatkan risiko buruk, sampah juga bisa mencemari lingkungan termasuk ekosistem yang ada di laut. Dan ini bahaya bagi masa depan anak-anak Indonesia karena tidak ada keseimbangan lingkungan.

“Kita punya waktu 10 tahun lagi karena Menteri Kemaritiman dan Menteri Lingkungan kita sudah bicara setiap tahun itu di laut kita sampah plastiknya naik 10% dan mengendap nggak bisa terurai. Jadi kalau dipikirkan diakumulasi tahun 2030 akan lebih banyak sampah plastiknya dibanding ikan kita, tahun 2050 kita nggak punya ikan lagi jadi bagaimana nasib anak kita,” ungkapnya.

Oleh karena itu, dia menuturkan perubahan besar dapat dimulai dengan langkah kecil, salah satunya dari diri sendiri. Hal kecil yang bisa dilakukan untuk menangani masalah sampah plastik ialah dengan memilah sampah dan mendaur ulang.

“Ketika kita bisa meluangkan waktu saja untuk memikirkan sampah kita, kita semua bisa mengurangi sampah plastik,” pungkasnya.

 

Sumber: Detik dan Republika