Berkebun Jambu Untuk Cegah Karhutla

Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Provinsi Riau telah menjadi bencana yang kerap datang selama puluhan tahun. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan 90 persen penyebabnya adalah ulah manusia yang membakar lahan untuk kebun pertanian baru.

Solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah tersebut sejauh ini belum ada yang pasti dijalankan.

Untuk itu, sebuah langkah berkelanjutan telah dilakukan oleh sejumlah desa rawan karhutla di Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Masyarakat di daerah ini mulai beralih memanfaatkan lahan tanpa membakar melalui intensifikasi pertanian. Langkah ini menghasilkan simbiosis mutualisme antarwarga dengan lingkungannya. Warga memperoleh penghasilan, sementara lingkungan tetap terjaga.

Lahan kebun jambu yang dikelilingi kebun kelapa sawit terlihat dari atas di Kampung Perawang Barat Kabupaten Siak, Provinsi Riau.

Warga Kampung Perawang Barat di Kabupaten Siak kini memilih untuk menanam buah-buahan ketimbang memperluas kebun kelapa sawit. Mereka kini punya andalan baru, yaitu buah jambu sebagai primadona pertanian.

Dari hasil jambu putih dan jambu merah, warga Kampung Perawang bisa mendapatkan keuntungan hingga Rp7 juta per bulan dari kebun satu hektare. Jumlah itu dua kali lipat dari hasil panen sawit, yang hanya Rp3 juta sampai Rp4 juta dari lahan empat hektare.

Melalui Program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) yang didukung oleh Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas, para petani tidak hanya mendapatkan bantuan dana bergulir, melainkan juga pendampingan, pemasaran, dan pembeli utama.

Hasil panen jambu merah dari Kampung Perawang Barat tidak hanya dijual eceran, melainkan juga diolah menjadi dodol jambu oleh kelompok ibu-ibu di Kampung Meredan yang juga berlokasi di Siak. Produksi pertanian mengalami diversifikasi yang membuka peluang bisnis baru bagi warga di Siak.

Sejumlah ibu dari kelompok UMKM Atika Tiga Bersaudara membuat dodol jambu merah dari hasil panen lokal di Kampung Meredan Kabupaten Siak, Provinsi Riau.

Program DMPA juga mendukung kelompok perempuan Dasawisma Srikandi di Kampung Perawang Barat untuk membuat taman berisi tanaman obat keluarga yang berdiri di lahan bekas pembuangan sampah.

Sementara itu, di Kampung Meredan, ibu-ibu di wilayah ini telah memanfaatkan lahan untuk menanam jahe. Hasil tanaman jahe kemudian diolah menjadi jahe bubuk untuk berbagai olahan makanan atau minuman kesehatan. Produksi jahe pun meningkat dari 30 kg menjadi 120 kg per bulan.

 

Sumber: Indonesia Inside