Kisah Tim Reaksi Cepat APP Sinar Mas: Menjaga Hutan Kala Pandemi Covid-19

Memasuki musim kemarau tahun ini, Indonesia memiliki tantangan lebih dalam mencegah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di tengah pandemi Covid-19. Oleh karena itu, Presiden Joko Widodo menegaskan kembali upaya pencegahan karhutla harus terus dilakukan dan persiapan sudah harus berjalan dan dikoordinasikan dengan baik menjelang puncak kemarau.

Agar tetap efektif mencegah karhutla di tengah pandemi Covid-19, PT Arara Abadi, unit usaha Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas telah memperkuat sistem penanggulangan kebakaran hutan terintegrasi (Integrated Fire Management) perusahaan di Riau dengan memperhatikan pula prosedur pencegahan Covid-19.

Saat musim kemarau, risiko karhutla cenderung meningkat karena turunnya frekuensi hujan dan tingkat kelembaban udara. Hal ini membuat titik api yang mungkin muncul, misalnya akibat sambaran petir atau praktik tebang-bakar tradisional, membesar dan sulit dikendalikan.

Untuk memitigasi risiko ini, selain mengedukasi masyarakat di sekitar hutan lewat program Desa Makmur Peduli Api (DMPA), APP Sinar Mas biasanya juga mengerahkan Tim Reaksi Cepat (TRC) dalam misi patroli berkelompok untuk cepat mengidentifikasi dan memadamkan titik api. Namun, dengan kebutuhan menjaga jarak aman untuk mencegah transmisi, perusahaan kini harus membatasi jumlah pemadam kebakaran yang dapat berpatroli secara bersamaan.

Sebelum patroli, anggota TRC PT AA-APP Sinar Mas menjalani pengecekan suhu tubuh

Kebutuhan physical distancing saat patroli tersebut mendorong kami untuk menggunakan strategi baru saat menemukan titik api dan melakukan persiapan lebih,” cerita personel Tim Reaksi Cepat PT Arara Abadi, M. Sutris.

“Meski begitu, kami bangga dan tetap bersemangat menjadi garda terdepan pelindung hutan di tengah pandemi. Kami pun telah berkomitmen untuk melakukan karantina dan bersiaga di area konsesi perusahaan sejak Februari.”

Strategi baru dan persiapan lebih tersebut mencakup, antara lain, penggunaan kamera termal dan drone untuk deteksi dini, pengecekan kesehatan rutin dan latihan fisik tambahan untuk personel Tim Reaksi Cepat, penggunaan alat pelindung diri (APD) lengkap saat bertugas, serta menempatkan regu pemadam di berbagai sebaran strategis. Langkah terakhir ini memungkinkan personel tambahan mencapai titik api yang dilaporkan oleh tim patroli kecil hanya dalam 30 menit. Jika diperlukan, APP Sinar Mas pun memiliki tiga unit helikopter dengan kemampuan water-bombing yang selalu siaga.

Sutris dan anggota TRC PT AA-APP Sinar Mas

Fire Operation Management Head PT Arara Abadi Deny Widjaya menambahkan, “Kesehatan Tim Reaksi Cepat juga menjadi perhatian utama kami. Oleh karena itu, PT Arara Abadi menggalakkan kebiasaan menjaga kebersihan dan sanitasi di antara personel. Perusahaan juga menjaga asupan gizi mereka, rutin memberikan vitamin, serta mengharuskan seluruh personel untuk menjaga jarak fisik aman jika kondisi memungkinkan.”

Di samping itu, perusahaan melakukan sosialisasi rutin lewat pengeras suara yang tersebar di berbagai titik, agar masyarakat setempat tidak menggunakan api untuk membuka lahan ataupun membakar sampah. Program DMPA pun terus berjalan, disertai dengan prosedur pencegahan Covid-19, untuk membantu meningkatkan kesejahteraan lewat metode bercocok tanam yang lebih berkelanjutan.

Dalam kegiatan operasionalnya, APP Sinar Mas terus berpegang teguh pada Kebijakan Konservasi Hutan (FCP), yang antara lain mewajibkan seluruh unit bisnis dan mitra pemasoknya untuk tidak membuka lahan dengan cara dibakar.

TRC PT AA-APP Sinar Mas

Seluruh personel pemadam kebakaran APP Sinar Mas, termasuk di PT Arara Abadi dan khususnya Tim Reaksi Cepat, telah melalui proses seleksi dan pelatihan yang ketat serta telah tersertifikasi dari Lembaga Resmi. Mereka pun memiliki kemampuan fisik serta keterampilan yang amat dibutuhkan untuk mencegah, mengidentifikasi, dan menanggulangi karhutla. Tak jarang, para pemadam kebakaran ini harus bekerja tanpa henti dan bermalam di tengah hutan untuk memadamkan api. Misi mereka tersebut dapat berlangsung mulai dari satu minggu, hingga satu bulan.

“Terakhir kali saya bertemu istri yang sedang hamil adalah tiga bulan lalu. Ini, ditambah tanggung jawab saya sebagai Tim Reaksi Cepat, memang tidak mudah. Namun, saya paham pentingnya peran kami untuk melindungi hutan Indonesia. Saya pun selalu mendapat dukungan dari perusahaan dan rekan setim yang sudah seperti keluarga kedua. Ketika kami sukses mencegah dan memadamkan api, semua jerih-payah kami rasanya terbayar,” tutup M. Sutris.

 

Sumber: Riau Mandiri