Site Overlay

Kisah Pantang Menyerah Warga Perawang Mengurangi Limbah Plastik

Tahun 2005 seakan menjadi tahun yang penuh ujian bagi warga di Perawang, Pekanbaru. Mayoritas warga Perawang yang bekerja di sebuah perusahaan kayu lapis dibebastugaskan alias di-PHK sehingga mereka kehilangan mata pencahariannya.

Kondisi ini tidak membuat Muhammad Nur pantang menyerah. Ia mencari cara untuk membantu masyarakat di sekitar tempat tinggalnya agar tetap memiliki penghasilan sendiri.

Ia ingin memanfaatkan limbah tali strapping yang selama ini hanya dianggap sebagai sampah. Berbekal ilmu anyaman kerajinan dari limbah tali strapping, Muhammad Nur melatih warga yang antusias untuk belajar.

Selain di rumah, pengrajin anyaman tali strapping juga memiliki sentra untuk belajar bersama

“Waktu itu baru tiga orang yang tertarik untuk latihan. Mereka saya bina, lalu mereka kerjakan di rumah mereka masing-masing. Alhamdulillah, dari tiga orang, jadi bertambah menjadi 12 orang dan semakin terus bertambah,” ujar Muhammad Nur antusias.

Kebahagiaan terpancar dari wajah para pengrajin anyaman tali strapping

Adapun karya yang dihasilkan di awal pembuatan kreativitas ini adalah keranjang untuk belanja. Selanjutnya, mereka mulai mengembangkan kreasi lainnya seperti pot bunga, keranjang piknik, keranjang motor, hingga tikar.

Hasil anyaman tali strapping dipasarkan hingga ke luar Sumatera

Usaha dan semangat Muhammad Nur untuk mengembangkan kreativitas warga dan meningkatkan penghasilan warga Perawang terealisasikan melalui program kemitraan yang ia jalankan bersama Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas. Tali strapping yang selama ini digunakan sebagai bahan dasar, didapatkan dari APP Sinar Mas. Perusahaan juga memberikan pelatihan, pendampingan, serta bantuan pemasaran kepada Muhammad Nur dan kelompok yang ia bina.

Muhammad Nur mengakui, jika dulu kreativitas ia dan warga Perawang hanya dijual di wilayah Perawang, namun setelah menjalin kemitraan bersama Sinar Mas, kini pemasaran anyaman tali strapping meluas hingga Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi dan sekitarnya. Bahkan di pameran berskala nasional, kreativitas tali strapping kerap dilibatkan.

Muhammad Nur selaku pengrajin dan sekaligus ketua pembina mengaku penghasilan warga melalui kreativitas anyaman tali strapping ini meningkat. Tak sedikit warga yang sudah tak lagi pusing memikirkan biaya sekolah anak-anak mereka. Terlebih, pengerjaan kreativitas tali strapping dapat dilakukan di rumah masing-masing, sehingga para ibu tidak mengesampingkan kebutuhan rumah tangga.

Selain menambah penghasilan, anyaman tali strapping juga membantu mengurangi limbah sampah

Berkat semangat pantang menyerah, Muhammad Nur bisa meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan warga. Kini, penggunaan tali strapping sebagai bahan baku anyaman meningkat hingga dua ton setiap bulannya. Dengan semua upayanya mengolah limbah tali strapping sejak 2005, Muhammad Nur layak dinobatkan sebagai Pejuang Daur Ulang.

Leave a Reply

Your email address will not be published.