Breaking

SMARTFREN DAN 4G, BUKAN PINDAH, TAPI MEMBANGUN YANG BARU

Sekitar Kita / August 8, 2015

“layanan berkualitas dengan tarif ekonomis adalah identitas Smartfren”

 

Mengetikkan kata kunci ‘Smarfren’ dan ‘migrasi’ di mesin pencari Agustus tahun lalu akan menghasilkan banyak link ke berbagai informasi seputar langkah PT Smartfren Telecom Tbk untuk berpindah frekuensi. Jika isi media cetak dicermati, berita serupa juga banyak di dapat. “Migrasi itu kan pindah, sementara kita tidak pindah. Kita dua-duanya tetap berjalan,” ujar President Director PT Smartfren Telecom Tbk, Merza Fachys buru-buru meluruskan kesalahpahaman yang telanjur terjadi di media. Jika saat ini menggunakan teknologi CDMA, masih di tahun ini juga layanan Smartren akan menggunakan pula teknologi Long-Term Evolution atau yang lebih dikenal dengan 4G. “Sama sekali jaringan baru, layanan baru dengan investasi baru pula. Jaringan lama tetap ada, tapi yang baru kita bangun,” ujarnya.

Bagi mereka yang telah bergabung sejak awal dengan Smartfren, sensasi bersiap dengan teknologi baru bisa jadi serupa dengan sensasi saat perusahaan ini pertama kali diresmikan pada September 2007, masih dengan bendera PT Smart Telecom. Yang membedakan, saat itu perusahaan belum memiliki apa-apa, sedangkan saat ini sudah ada hampir 12 juta orang pelanggan.

Sedemikian besarnya jumlah pelanggan yang masih memanfaatkan layanan CDMA jelas tidak mungkin diabaikan. Itu sebabnya layanan ini tetap tersedia meski menurutnya, sebagai perusahaan berbasis teknologi informatika, pihaknya senantiasa melakukan evaluasi mendalam apakah layanan ini secara ekonomi tetap layak dipertahankan, atau tiba saatnya nanti harus dihentikan, diikuti solusi yang pastinya tidak merugikan kepentingan pelanggan.

Pada saatnya 4G diluncurkan – memanfaatkan alokasi band width dari pemerintah selebar 30 MHz untuk TDD dan 2×10 MHz untuk FDD – Smartfren akan menyediakan layanan data yang lebih cepat dan stabil, sekaligus melayani pelanggan yang lebih besar dalam waktu bersamaan. Menurut Merza, yang membedakan dengan operator lain, “Saat kami menyatakan layanan Smartfren siap, maka pasti ada layanan 4G. Coverage 4G kita akan merata di semua area layanan Smartfren. Dan itu semua akan masih dilengkapi lagi dengan fancy dan seksinya aplikasi, feature-feature unggulan, content yang up to date serta kualitas layanan pelanggan.”

 

Merdeka! Rayakan 17 Agustus dengan meluncurkan layanan 4G LTE-Advanced di Jakarta (19/8).

 

Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar, wilayah yang begitu luas, namun tersebar di begitu banyak pulau membuat industri telekomunikasi dan data menjadi begitu menarik sekaligus menantang. Merza memberikan gambaran, untuk menghubungkan area-area di pelosok Nusantara bukan hanya perkara menyediakan sinyal di lokasi tertentu, tapi fasilitas telekomunikasi yang ada itu harus terhubung ke seluruh Indonesia, dan juga dunia. “Dari lokasi tadi ke kota besar terdekat bisa saja berjarak ratusan kilometer, melalui belantara atau area yang tidak didiami penduduk. Untuk menghubungkannya, operator harus membuat menara microwave dalam rentang jarak tersebut, berikut menyediakan pasokan listriknya. Investasi yang dibutuhkan tidak sedikit, disamping perizinannya yang juga tidak sederhana. Traffic yang harus difasilitasi dengan nilai pembangunan infrastrukturnya kadang tak sebanding. Tantangan ini harus dihadapi semua operator yang ada, tidak hanya kami.”

Sedangkan pada kawasan yang telah terliput layanan, operator harus matang berencana dan cepat mengantisipasi dinamika, termasuk mengatasi penurunan kualitas layanan seiring berjalannya waktu karena meningkatnya jumlah pengguna. Jawabannya membutuhkan kesiapan pendanaan beserta kecepatan peningkatan infrastruktur. Setiap base transceiver station memiliki kapasitas tertentu untuk melayani aktivitas pelanggan. Jika itu terlewati, kualitas layanan akan menurun dengan sendirinya. “Ini terus dipantau oleh operator. Jika aktivitas pelanggan mendekati kapasitas maksimum BTS, kami sudah harus bersiap membangun BTS ke-2 didekatnya, berikut pembangunan transmisi fiber optics di bawah tanah yang menghubungkan keduanya. Berarti ada investasi baru yang tidak hanya membutuhkan lampu hijau dari shareholders, tapi juga diikuti pemenuhan izin dari pemerintah, bahkan sering pula membutuhkan persetujuan warga sekitar lokasi. Akibatnya, membangun site baru bisa dalam 1 atau 2 bulan tuntas, bisa juga 1 atau 2 tahun belum tuntas, dimana nilai investasi terus meningkat dengan sendirinya,” ungkapnya.

 

 

 

 

 

 

President Director Smartfren, Merza Fachys. Mengawal perusahaan memasuki fase ‘ledakan data’ dengan menyiapkan seluruh sumber daya dan infrastruktur.

 

 

“pelanggan yang masih memanfaatkan layanan CDMA jelas tidak mungkin diabaikan”

 

 

Itu yang membuat Smartfren tetap ‘tenang’, sembari terus mempersiapkan infrastruktur 4G-nya, bahkan disaat operator lain sudah berpromosi dengan gaduh soal layanan ini. Hingga tahun ini berakhir, Smartfren menargetkan tuntasnya pembangunan lebih dari 4.000 BTS baru. “Kami merencanakan peluncuran layanan serentak di 23 kota tahun ini. Dimana ada Smartfren, pasti disitu 4G, dan 3G-nya pun tetap berfungsi.” Atau menjadi the widest 4G services in Indonesia, jika dibandingkan dengan cakupan layanan sejenis yang disediakan operator lain. Smartfren tak ingin latah menggelar layanan 4G di area terbatas atau spot tertentu, karena para pelanggan adalah sosok yang aktif dan tidak menetap di satu area terus menerus. “Kita ingin saat peluncuran, setiap sudut kota akan terlayani. Memang investasi awal akan lebih besar, tapi jika dihitung secara cermat, cara semacam ini akan lebih ekonomis sehingga terdapat ruang untuk menetapkan tarif layanan yang ekonomis,” tambahnya.

Industri telekomunikasi di Indonesia telah melalui sejumlah fase. Mulai dari penggunaan satelit, kemudian bergeser ke teknologi digital, disusul teknologi seluler. Fase selanjutnya adalah era 4G yang diperkirakan akan diikuti ledakan data di masyarakat. Dengan bersiap sejak awal, bukan hanya Smartfren yang akan diuntungkan nantinya, tapi juga publik karena memiliki alternatif layanan data yang prima. Teknologi bergerak, strategi berubah, namun ada yang tetap dipertahankan. Layanan berkualitas dengan tarif ekonomis adalah identitas Smartfren yang tidak boleh hilang. “Kini operator lain mulai memasarkan layanan 4G mereka. Pertanyaannya apakah tarif mereka lebih mahal daripada 3G? Jika memang lebih mahal, kita memiliki peluang untuk mengenakan tarif di atas 3G, namun tetap lebih ekonomis dibandingkan tarif 4G mereka,” ujar sosok lulusan Teknik Elektro ITB ini. Setahun setelah badai ‘migrasi’, jika kata kunci ‘smartfren’ dan ‘layanan 4g’ diketikkan ke mesin pencari, informasi yang keluar adalah berita seputar lembaga ini menjadi yang pertama menyediakan layanan 4G LTE-Advanced di Indonesia.

*wawancara berlangsung Selasa, 28 April 2015

 

 

 

Presiden Joko Widodo diapit (dari kiri) Gubernur Banten Rano Karno, Kepala BEKRAF Triawan Munaf, Menkominfo Rudiantara dan Menperin Saleh Husin menjajal aplikasi Sistem Pelaporan dan Informasi Pembinaan Teritorial (SiPINTER) saat meresmikan Indonesia Convention Exhibition, BSD City (4/8).

 

 

Reporter: Jaka Anindita

Foto: Wahyu Vidi

Desainer grafis: Fanny Fransiska






Jaka Anindita
Pemimpin Redaksi




Previous Post

Kembali ke Asal, Dengan Tampil Berbeda

Next Post

Anggota Baru Keluarga Besar Sinar Mas





0 Comment


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


More Story

Kembali ke Asal, Dengan Tampil Berbeda

“upaya menjangkau pasar yang lebih luas membuat brand ini harus tampil lebih terbuka”   Warna hijau tosca membuat...

August 8, 2015